Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata
yang bersifat nonpredikatif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase
tidak berstruktur subjek - predikat atau predikat - objek), atau lazim juga
disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam
kalimat.
A.
Jenis Frase
1.
Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik adalah frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai
perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.
Frase eksosentris biasanya dibedakan atas frase eksosentris yang direktif atau
disebut frase preposisional ( komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di,
ke, dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata, yang
biasanya berkategori nomina) dan non direktif (komponen pertamanya berupa
artikulus, seperti si dan sang sedangkan komponen keduanya berupa kata atau
kelompok kata berkategori nomina, ajektifa, atau verba).
2.
Frase Endosentrik
Frase Endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau komponennya
memiliki perilaku sintaksias yang sama dengan keseluruhannya. Artinya, salah
satu komponennya dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya. Frase ini disebut
juga frase modifikatif karena komponen keduanya, yaitu komponen yang bukan inti
atau hulu (Inggris head) mengubah atau membatasi makna komponen inti atau
hulunya itu. Selain itu disebut juga frase subordinatif karena salah satu
komponennya, yaitu yang merupakan inti frase berlaku sebagai komponen atasan,
sedangkan komponen lainnya, yaitu komponen yang membatasi, berlaku sebagai
komponen bawahan.
Dilihat dari kategori intinya dibedakan adanya frase nominal (frase endosentrik
yang intinya berupa nomina atau pronomina maka frase ini dapat menggantikan
kedudukan kata nominal sebagai pengisi salah satu fungsi sintaksis), frase
verbal (frase endosentrik yang intinya berupa kata verba, maka dapat
menggantikan kedudukan kata verbal dalam sintaksis), frase ajektifa (frase
edosentrik yang intinya berupa kata ajektiv), frase numeralia (frase
endosentrik yang intinya berupa kata numeral).
3.
Frase Koordinatif
Frase koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua
komponen atau lebih yang sama dan sederajat dan secara potensial dapat
dihubungkan oleh konjungsi koordinatif. Frase koordinatif tidak menggunakan
konjungsi secara eksplisit disebut frase parataksis.
4.
Frase Apositif
Frase
apositif adalah frase koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk
sesamanya, oleh karena itu urutan komponennya dapat dipertukarkan.
B.
Perluasan Frase
Salah satu ciri frase adalah dapat diperluas. Artinya, frase dapat diberi
tambahan komponen baru sesuai dengan konsep atau pengertian yang akan
ditampilkan.
Dalam
bahasa Indonesia perluasan frase tampak sangat produktif. Antara lain karena
pertama, untuk menyatakan konsep-konsep khusus, atau sangat khusus, atau sangat
khusus sekali, biasanya diterangkan secara leksikal. Faktor kedua, bahwa
pengungkapan konsep kala, modalitas, aspek, jenis, jumlah, ingkar, dan pembatas
tidak dinyatakan dengan afiks seperti dalam bahasa-bahasa fleksi, melainkan
dinyatakan dengan unsur leksikal. Dan faktor lainnya adalah keperluan untuk
memberi deskripsi secara terperinci dalam suatu konsep, terutama untuk konsep
nomina
Pengertian Frasa - "Frasa" itu adalah
judul dari artikel kita kali ini. Apakah teman teman tahu apa arti ( definisi )
frasa itu? apa konstruksi, kategori, kelas, macam dari frasa itu? Apakah teman
teman tahu? semua itu akan kamu bahas dalam artikel dibawah ini. Pastikan teman
teman benar benar membaca arikel " Frasa "ini ^_^.
Prakata Menuju Pengertian ( definisi ) Frasa
Kalimat terdiri atas beberapa satuan. Satuan-satuan tersebut terdiri atas satu kata atau lebih. Satuan pembentuk kalimat tersebut menempati fungsi tertentu. Fungsi yang dimaksud yaitu Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel.), dan Keterangan (Ket.).
Fungsi-fungsi tersebut boleh ada atau tidak dalam suatu kalimat. Fungsi yang wajib ada yaitu subjek dan predikat. Fungsi dalam kalimat dapat terdiri atas kata, frasa, maupun klausa.
Definisi frasa
Jadi apa arti frasa? Frasa adalah satuan yang terdiri atas dua kata atau lebih yang menduduki satu fungsi kalimat.
Contoh frasa:
Dua orang mahasiswa baru itu sedang membaca buku di perpustakaan.
Perhatikan penjabaran fungsi kalimat di atas!
Prakata Menuju Pengertian ( definisi ) Frasa
Kalimat terdiri atas beberapa satuan. Satuan-satuan tersebut terdiri atas satu kata atau lebih. Satuan pembentuk kalimat tersebut menempati fungsi tertentu. Fungsi yang dimaksud yaitu Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel.), dan Keterangan (Ket.).
Fungsi-fungsi tersebut boleh ada atau tidak dalam suatu kalimat. Fungsi yang wajib ada yaitu subjek dan predikat. Fungsi dalam kalimat dapat terdiri atas kata, frasa, maupun klausa.
Definisi frasa
Jadi apa arti frasa? Frasa adalah satuan yang terdiri atas dua kata atau lebih yang menduduki satu fungsi kalimat.
Contoh frasa:
Dua orang mahasiswa baru itu sedang membaca buku di perpustakaan.
Perhatikan penjabaran fungsi kalimat di atas!
Dua orang mahasiswa sedang membaca
di perpustakaan.
S P Ket. tempat
Kalimat di atas terdiri atas tiga frasa yaitu dua orang mahasiswa, sedang membaca, dan di perpustakaan.
Jadi, frasa memiliki sifat sebagai berikut.
1. Frasa terdiri atas dua kata atau lebih.
2. Frasa selalu menduduki satu fungsi kalimat.
A. Kategori Frasa
1. Frasa Setara dan Frasa Bertingkat
Sebuah frasa dikatakan setara jika unsur-unsur pembentuknya berkedudukan sederajat atau setara.
Contoh:
Saya dan adik makan-makan dan minum-minum di taman depan.
Frasa saya dan adik adalah frasa setara sebab antara unsur saya dan unsur adik mempunyai kedudukan yang setara atau tidak saling menjelaskan. Demikian juga frasa makan-makan dan minumminum termasuk frasa setara. Frasa setara ditandai oleh adanya kata dan atau atau di antara kedua unsurnya. Selain frasa setara, ada pula frasa bertingkat. Frasa bertingkat adalah frasa yang terdiri atas inti dan atribut.
Contoh:
Ayah akan pergi nanti malam.
Frasa nanti malam terdiri atas unsur atribut dan inti.
2. Frasa Idiomatik
Perhatikan kata-kata bercetak miring berikut!
1) Dalam peristiwa kebakaran kemarin seorang penjaga toko menjadi kambing hitam.
2) Untuk menyelamati saudaranya, keluarga Pinto menyembelih seekor kambing hitam.
Kalimat 1) dan 2) menggunakan frasa yang sama yaitu frasa kambing hitam. Kambing hitam pada kalimat 1) bermakna orang yang dipersalahkan dalam suatu peristiwa , sedangkan dalam kalimat 2) bermakna seekor kambing yang warna bulunya hitam .
Makna kambing hitam pada kalimat 1) tidak ada kaitannya dengan makna kata kambing dan kata hitam. Frasa yang maknanya tidak dapat dirunut atau dijelaskan berdasarkan makna kata-kata yang membentuknya dinamakan frasa idiomatik.
B. Konstruksi Frasa
Frasa memiliki dua konstruksi, yakni konstruksi endosentrik dan eksosentrik.
Perhatikan kalimat berikut!
- Kedua saudagar itu telah mengadakan jual beli.
Kalimat di atas terdiri atas frasa kedua saudagar itu, telah mengadakan, dan jual beli. Menurut distribusinya, frasa kedua saudagar itu dan telah mengadakan merupakan frasa endosentrik. Sebaliknya, frasa jual beli merupakan frasa eksosentrik.
Frasa kedua saudagar itu dapat diwakili kata saudagar. Kata saudagar adalah inti frasa bertingkat kedua saudagar itu. Demikian juga frasa telah mengadakan dapat diwakili kata mengadakan. Akan tetapi, frasa jual beli tidak dapat diwakili baik oleh kata jual maupun kata beli. Hal ini disebabkan frasa jual beli tidak memiliki distribusi yang sama dengan kata jual dan kata beli. Kedua kata tersebut merupakan inti sehingga mempunyai kedudukan yang sama.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa frasa kedua saudagar itu berdistribusi sama dengan frasa saudagar itu dan kata saudagar. Frasa telah mengadakan berdistribusi sama dengan mengadakan. Frasa yang distribusinya sama dengan salah satu atau semua unsurnya dinamakan frasa endosentrik. Frasa yang distribusinya tidak sama dengan salah satu atau semua unsurnya disebut frasa eksosentrik. Frasa jual beli termasuk frasa eksosentrik karena baik kata jual maupun kata beli tidak dapat menggantikan jual beli.
Frasa endosentrik meliputi beberapa macam frasa :
1. Frasa Endosentrik yang Koordinatif
Frasa ini dihubungkan dengan kata dan dan atau.
Contoh:
Pintu dan jendelanya sedang dicat.
2. Frasa Endosentrik yang Atributif
Frasa ini terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara.
Contoh:
Pekarangan luas yang akan didirikan bangunan itu milik Haji Abdulah.
3. Frasa Endosentrik yang Apositif
Secara semantik unsur yang satu pada frasa endosentrik apositif mempunyai makna sama dengan unsur yang lain. Unsur yang dipentingkan merupakan unsur pusat, sedangkan unsur keterangan merupakan aposisi.
Contoh:
Alfia, putri Pak Bambang, berhasil menjadi pelajar teladan.
C. Kelas Frasa
Frasa dibagi menjadi enam kelas kata. Pembagian frasa meliputi frasa benda, kerja, sifat, keterangan, bilangan, dan depan.
1. Frasa Benda atau Frasa Nomina
Frasa benda atau frasa nomina adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata benda. Unsur pusat frasa benda yaitu kata
benda.
Contoh:
a. Dita menerima hadiah ulang tahun.
b. Dita menerima hadiah.
Frasa hadiah ulang tahun dalam kalimat distribusinya sama dengan kata benda hadiah. Oleh karena itu, frasa hadiah ulang tahun
termasuk frasa benda atau frasa nomina.
2. Frasa Kerja atau Frasa Verba
Frasa kerja atau frasa verba adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata kerja atau verba.
Contoh:
Adik sejak tadi akan menulis dengan pensil baru.
Frasa akan menulis adalah frasa kerja karena distribusinya sama dengan kata kerja menulis dan unsur pusatnya kata kerja, yaitu menulis.
3. Frasa Sifat atau Frasa Adjektiva
Frasa sifat atau adjektiva adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata sifat. Frasa sifat mempunyai inti berupa kata sifat. Kesamaan distribusi itu dapat dilihat pada jajaran berikut.
Contoh:
a. Lukisan yang dipamerkan itu memang bagus-bagus.
b. Lukisan yang dipamerkan itu – bagus-bagus.
4. Frasa Keterangan atau Frasa Adverbia
Frasa keterangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata keterangan. Biasanya inti frasa keterangan juga berupa kata keterangan dan dalam kalimat sering menduduki fungsi sebagai keterangan.
a. Frasa keterangan sebagai keterangan.
Frasa keterangan biasanya mempunyai keleluasaan berpindah karena berfungsi sebagai keterangan. Oleh karena itu, frasa keterangan dapat terletak di depan atau di belakang subjek atau di awal dan di akhir kalimat.
Contoh:
1) Tidak biasanya dia pulang larut malam.
2) Dia tidak biasanya pulang larut malam.
3) Dia pulang larut malam tidak biasanya.
b. Frasa keterangan sebagai keterangan pada kata kerja.
Contoh:
Saya tidak hanya bertanya, tetapi juga mengusulkan sesuatu.
5. Frasa Bilangan atau Frasa Numeralia
Frasa bilangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata bilangan. Pada umumnya frasa bilangan atau frasa numeralia
dibentuk dengan menambahkan kata penggolong atau kata bantu bilangan.
Contoh:
Dua orang serdadu menghampirinya ke tempat itu.
6. Frasa Depan atau Frasa Preposisional
Frasa depan adalah frasa yang terdiri atas kata depan dengan kata lain sebagai unsur penjelas.
Contoh:
Laki-laki di depan itu mengajukan pertanyaan kepada pembicara.
D. Frasa yang Bersifat Ambigu
Ambiguitas terkadang ditemui dalam susunan frasa. Ambiguitas berarti kegandaan makna.
Contoh:
Kambing hitam dan mobil tetangga baru.
Frasa kambing hitam dapat mempunyai dua makna, yakni kambing yang berbulu (berwarna) hitam dan sebuah ungkapan yang berarti orang yang dipersalahkan. Frasa mobil tetangga baru juga dapat memiliki dua makna, yakni yang baru adalah mobil (milik tetangga) dan yang baru adalah tetangga (bukan mobilnya). Frasa ambigu akan menjadi jelas jika digunakan dalam kalimat
S P Ket. tempat
Kalimat di atas terdiri atas tiga frasa yaitu dua orang mahasiswa, sedang membaca, dan di perpustakaan.
Jadi, frasa memiliki sifat sebagai berikut.
1. Frasa terdiri atas dua kata atau lebih.
2. Frasa selalu menduduki satu fungsi kalimat.
A. Kategori Frasa
1. Frasa Setara dan Frasa Bertingkat
Sebuah frasa dikatakan setara jika unsur-unsur pembentuknya berkedudukan sederajat atau setara.
Contoh:
Saya dan adik makan-makan dan minum-minum di taman depan.
Frasa saya dan adik adalah frasa setara sebab antara unsur saya dan unsur adik mempunyai kedudukan yang setara atau tidak saling menjelaskan. Demikian juga frasa makan-makan dan minumminum termasuk frasa setara. Frasa setara ditandai oleh adanya kata dan atau atau di antara kedua unsurnya. Selain frasa setara, ada pula frasa bertingkat. Frasa bertingkat adalah frasa yang terdiri atas inti dan atribut.
Contoh:
Ayah akan pergi nanti malam.
Frasa nanti malam terdiri atas unsur atribut dan inti.
2. Frasa Idiomatik
Perhatikan kata-kata bercetak miring berikut!
1) Dalam peristiwa kebakaran kemarin seorang penjaga toko menjadi kambing hitam.
2) Untuk menyelamati saudaranya, keluarga Pinto menyembelih seekor kambing hitam.
Kalimat 1) dan 2) menggunakan frasa yang sama yaitu frasa kambing hitam. Kambing hitam pada kalimat 1) bermakna orang yang dipersalahkan dalam suatu peristiwa , sedangkan dalam kalimat 2) bermakna seekor kambing yang warna bulunya hitam .
Makna kambing hitam pada kalimat 1) tidak ada kaitannya dengan makna kata kambing dan kata hitam. Frasa yang maknanya tidak dapat dirunut atau dijelaskan berdasarkan makna kata-kata yang membentuknya dinamakan frasa idiomatik.
B. Konstruksi Frasa
Frasa memiliki dua konstruksi, yakni konstruksi endosentrik dan eksosentrik.
Perhatikan kalimat berikut!
- Kedua saudagar itu telah mengadakan jual beli.
Kalimat di atas terdiri atas frasa kedua saudagar itu, telah mengadakan, dan jual beli. Menurut distribusinya, frasa kedua saudagar itu dan telah mengadakan merupakan frasa endosentrik. Sebaliknya, frasa jual beli merupakan frasa eksosentrik.
Frasa kedua saudagar itu dapat diwakili kata saudagar. Kata saudagar adalah inti frasa bertingkat kedua saudagar itu. Demikian juga frasa telah mengadakan dapat diwakili kata mengadakan. Akan tetapi, frasa jual beli tidak dapat diwakili baik oleh kata jual maupun kata beli. Hal ini disebabkan frasa jual beli tidak memiliki distribusi yang sama dengan kata jual dan kata beli. Kedua kata tersebut merupakan inti sehingga mempunyai kedudukan yang sama.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa frasa kedua saudagar itu berdistribusi sama dengan frasa saudagar itu dan kata saudagar. Frasa telah mengadakan berdistribusi sama dengan mengadakan. Frasa yang distribusinya sama dengan salah satu atau semua unsurnya dinamakan frasa endosentrik. Frasa yang distribusinya tidak sama dengan salah satu atau semua unsurnya disebut frasa eksosentrik. Frasa jual beli termasuk frasa eksosentrik karena baik kata jual maupun kata beli tidak dapat menggantikan jual beli.
Frasa endosentrik meliputi beberapa macam frasa :
1. Frasa Endosentrik yang Koordinatif
Frasa ini dihubungkan dengan kata dan dan atau.
Contoh:
Pintu dan jendelanya sedang dicat.
2. Frasa Endosentrik yang Atributif
Frasa ini terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara.
Contoh:
Pekarangan luas yang akan didirikan bangunan itu milik Haji Abdulah.
3. Frasa Endosentrik yang Apositif
Secara semantik unsur yang satu pada frasa endosentrik apositif mempunyai makna sama dengan unsur yang lain. Unsur yang dipentingkan merupakan unsur pusat, sedangkan unsur keterangan merupakan aposisi.
Contoh:
Alfia, putri Pak Bambang, berhasil menjadi pelajar teladan.
C. Kelas Frasa
Frasa dibagi menjadi enam kelas kata. Pembagian frasa meliputi frasa benda, kerja, sifat, keterangan, bilangan, dan depan.
1. Frasa Benda atau Frasa Nomina
Frasa benda atau frasa nomina adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata benda. Unsur pusat frasa benda yaitu kata
benda.
Contoh:
a. Dita menerima hadiah ulang tahun.
b. Dita menerima hadiah.
Frasa hadiah ulang tahun dalam kalimat distribusinya sama dengan kata benda hadiah. Oleh karena itu, frasa hadiah ulang tahun
termasuk frasa benda atau frasa nomina.
2. Frasa Kerja atau Frasa Verba
Frasa kerja atau frasa verba adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata kerja atau verba.
Contoh:
Adik sejak tadi akan menulis dengan pensil baru.
Frasa akan menulis adalah frasa kerja karena distribusinya sama dengan kata kerja menulis dan unsur pusatnya kata kerja, yaitu menulis.
3. Frasa Sifat atau Frasa Adjektiva
Frasa sifat atau adjektiva adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata sifat. Frasa sifat mempunyai inti berupa kata sifat. Kesamaan distribusi itu dapat dilihat pada jajaran berikut.
Contoh:
a. Lukisan yang dipamerkan itu memang bagus-bagus.
b. Lukisan yang dipamerkan itu – bagus-bagus.
4. Frasa Keterangan atau Frasa Adverbia
Frasa keterangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata keterangan. Biasanya inti frasa keterangan juga berupa kata keterangan dan dalam kalimat sering menduduki fungsi sebagai keterangan.
a. Frasa keterangan sebagai keterangan.
Frasa keterangan biasanya mempunyai keleluasaan berpindah karena berfungsi sebagai keterangan. Oleh karena itu, frasa keterangan dapat terletak di depan atau di belakang subjek atau di awal dan di akhir kalimat.
Contoh:
1) Tidak biasanya dia pulang larut malam.
2) Dia tidak biasanya pulang larut malam.
3) Dia pulang larut malam tidak biasanya.
b. Frasa keterangan sebagai keterangan pada kata kerja.
Contoh:
Saya tidak hanya bertanya, tetapi juga mengusulkan sesuatu.
5. Frasa Bilangan atau Frasa Numeralia
Frasa bilangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata bilangan. Pada umumnya frasa bilangan atau frasa numeralia
dibentuk dengan menambahkan kata penggolong atau kata bantu bilangan.
Contoh:
Dua orang serdadu menghampirinya ke tempat itu.
6. Frasa Depan atau Frasa Preposisional
Frasa depan adalah frasa yang terdiri atas kata depan dengan kata lain sebagai unsur penjelas.
Contoh:
Laki-laki di depan itu mengajukan pertanyaan kepada pembicara.
D. Frasa yang Bersifat Ambigu
Ambiguitas terkadang ditemui dalam susunan frasa. Ambiguitas berarti kegandaan makna.
Contoh:
Kambing hitam dan mobil tetangga baru.
Frasa kambing hitam dapat mempunyai dua makna, yakni kambing yang berbulu (berwarna) hitam dan sebuah ungkapan yang berarti orang yang dipersalahkan. Frasa mobil tetangga baru juga dapat memiliki dua makna, yakni yang baru adalah mobil (milik tetangga) dan yang baru adalah tetangga (bukan mobilnya). Frasa ambigu akan menjadi jelas jika digunakan dalam kalimat
FRASA
1.
Pebgertian Frasa
Banyak
sering memeprmasalahkan antara frasa dengan kata, ada yang membedakannya dan
ada juga yang mengatakan bahwa keduanya itu sama. Seperti yang telah dipelajari
dalam morfologi bahwa kata adalah adalah satuan gramatis yang masih bisa dibagi
menjadi bagian yang lebih kecil. Frasa adalah satuan konstruksi yang terdiri
dari dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan (Keraf, 1984:138). Frasa
juga didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang
bersifat nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah
satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 1991:222). Menurut Prof. M.
Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan
tidak melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak
apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat,
objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa.
Contoh:
1.
gedung sekolah itu
2.
yang akan pergi
3.
sedang membaca
4.
sakitnya bukan main
5.
besok lusa
6.
di depan.
Jika
contoh itu ditaruh dalam kalimat, kedudukannya tetap pada satu jabatan saja.
1.
Gedung sekolah itu(S) luas(P).
2.
Dia(S) yang akan pergi(P)
besok(Ket).
3.
Bapak(S) sedang
membaca(P) koran sore(O).
4.
Pukulan Budi(S) sakitnya bukan
main(P).
5.
Besok lusa(Ket) aku(S)
kembali(P).
6.
Bu guru(S) berdiri(P) di
depan(Ket).
Jadi,
walau terdiri dari dua kata atau lebih tetap tidak melebihi batas fungsi.
Pendapat lain mengatakan bahwa frasa adalah satuan sintaksis terkecil yang
merupakan pemadu kalimat.
Contoh:
1.
Mereka(S) sering terlambat(P).
2.
Mereka(S) terlambat(P).
Ket: ( _ ) frasa.
Pada
kalimat pertama kata ‘mereka’ yang terdiri dari satu kata adalah frasa.
Sedangkan pada kedua kata berikutnya hanya kata ‘sering’ saja yang termasuk
frasa karena pada jabatan itu terdiri dari sua kata dan kata ‘sering sebagai
pemadunya. Pada kalimat kedua, kedua katanya adalah frasa karena hanya terdiri
dari satu kata pada tiap jabatannya.
Dari
kedua pendapat tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa frasa bisa terdiri dari
satu kata atau lebih selama itu tidak melampaui batas fungsi atau jabatannya
yang berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan. Jumlah
frasa yang terdapat dalam sebuah kalimat bergantung pada jumlah fungsi yang
terdapat pada kalimat itu juga.
Sebelum
mengenal lebih jauh tentang frasa, alangkah lebih baiknya jika mengenal tentang
fungsi-fungsi sintaksisi, karena fungsi-fungsi itula yang disebut frasa. Fungsi
sintaksisi ada lima, yaitu Subjek(S), Predikat(P), Objek(O), Pelengkap(Pel),
dan Keterangan(Ket). Dari kelima fungsi tersebut hanya karakteristik dari
Keterangan saja yang tidak mempunyai lawan.
1.
Subjek dan Predikat.
1.
Bagian yang diterangkan predikat. Subjek dapat dicari dengan
pertanyaan ‘Apa atau Siapa yang tersebut dalam predikat’. Sedangkan predikat
adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat dapat ditentukan dengan
pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek sedang apa, berapa, di mana, dan
lain-lain’.
Contoh:
Sedang belajar(P) mereka itu(S).
Fungsi tersebut bisa dibuktikan dengan pertanyaan ‘Siapa yang
sedang belajar? Jawabannya ‘mereka itu’.
2.
Berupa frasa nomina atau
pengganti frasa nomina. Sedangkan predikat bisa berupa frasa nomina, verba,
adjektiva, numeralia, atau pun preposisi.
3.
Jika diubah menjadi kalimat
tanya, subjek tidak dapat diberi partikel –kah. Predikat dapat diberi partikel
–kal.
Contoh:
Merka itu(S) sedang
belajar(P).
Sedang belajarkah
mereka itu?
Merekakah sedang
belajar? (salah)
2.
Objek dan Pelengkap.
1.
Objek berupa frasa nomina atau
pengganti frasa nomina, sedangkan pelengkap berupa frasa nomina, verba,
adjektiva, numeralia, preposisi, dan pengganti nomina.
2.
Objek mengikuti predikat yang
berupa verba transitif(memerlukan objek) atau semi-transitif dan pelengkap
mengikuti predikat yang berupa verba intransitif(tidak memerlukan objek).
3.
Objek dapat diubah menjadi
subjek dan pelengkap tidak dapat diubah menjadi subjek.
Contoh:
1.
Transitif(memerlukan objek)
1.
Orang itu(S) menjual(P).
(Salah)
2.
Orang itu(S) menjual(P) es
kelapa muda(O)
2.
Semi-transitif (bisa atau tidak
perlu objek)
1.
Orang itu(S) minum(P).
2.
Orang itu(S) minum(P) es kelapa
muda(O).
3.
Es kelapa muda(S) diminum(P)
orang itu(O).
3.
Intransitif(tidak memerlukan
objek).
1.
Tidak lengkap. Orang itu(S)
mandi(P).
2.
Semi-lengkap.
1.
Orang itu(S) berjualan(P).
2.
Orang itu(S) berjualan(P) es
kelapa muda(Pel).
3.
Lengkap.
1.
Organisasi itu(S)
berlandaskan(P). (salah)
2.
Organisasi itu(S)
berlandaskan(P) kegotongroyongan(Pel).
3.
Keterangan.
1.
Keterangan adalah bagian
kalimat yang menerangkan subjek, predikat, objek atau pelengkap.
2.
Berupa frasa nomina, preposisi,
dan konjungsi.
3.
Mudah dipindah-pindah, kecuali
diletakkan diantara predikat dan objek atau predikat dan pelengkap.
Contoh:
Dulu(Ket) orang itu(S)
menjual(P) es kelapa muda(O) di jalan surabaya(Ket).
2.
Jenis Frasa
Jenis
frasa dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan persamaan distribusi dengan
unsurnya (pemadunya) dan berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya.
1.
Berdasarkan Persamaan
Distribusi dengan Unsurnya (Pemadunya).
Berdasarkan persamaan
distribusi dengan unsurnya (pemadunya, frasa dibagi menjadi dua, yaitu Frasa
Endosentris dan Frasa Eksosentris.
1.
Frasa Endosentris, kedudukan
frasa ini dalam fungsi tertentu, dpat digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa
yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu yang disebut unsur
pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki
unsur pusat.
Contoh:
Sejumlah mahasiswa(S)
diteras(P).
Kalimat tersebut tidak
bisa jika hanya ‘Sejumlah di teras’ (salah) karena kata mahasiswa adalah unsur
pusat dari subjek. Jadi, ‘Sejumlah mahasiswa’ adalah frasa endosentris.
Frasa endosentris
sendiri masih dibagi menjadi tiga.
1.
Frasa Endosentris Koordinatif,
yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada
hal yang berbeda diantara unsurnya terdapat (dapat diberi) ‘dan’ atau ‘atau’.
Contoh:
1.
rumah pekarangan
2.
suami istri dua tiga (hari)
3.
ayah ibu
4.
pembinaan dan pembangunan
5.
pembangunan dan pembaharuan
6.
belajar atau bekerja.
2.
Frasa Endosentris Atributif,
yaitu frasa endosentris yang disamping mempunyai unsur pusat juga mempunyai
unsur yang termasuk atribut. Atribut adalah bagian frasa yang bukan unsur
pusat, tapi menerangkan unsur pusat untuk membentuk frasa yang bersangkutan.
Contoh:
1.
pembangunan lima tahun
2.
sekolah Inpres
3.
buku baru
4.
orang itu
5.
malam ini
7.
sedang belajar
8.
sangat bahagia.
Kata-kata yang dicetak
miring dalam frasa-frasa di atasseperti adalah unsur pusat, sedangkan kata-kata
yang tidak dicetak miring adalah atributnya.
3.
Frasa Endosentris Apositif,
yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada
hal yang sama. Unsur pusat yang satu sebagai aposisi bagi unsur pusat yang
lain.
Contoh:
Ahmad,
anak Pak Sastro, sedang belajar.
Ahmad,
…….sedang belajar.
……….anak
Pak Sastro sedang belajar.
Unsur ‘Ahmad’
merupakan unsur pusat, sedangkan unsur ‘anak Pak Sastro’ merupakan aposisi.
Contoh lain:
1.
Yogya, kota pelajar
2.
Indonesia, tanah airku
3.
Bapak SBY, Presiden RI
4.
Mamad, temanku.
Frasa yang hanya
terdiri atas satu kata tidak dapat dimasukkan ke dalalm frasa endosentris
koordinatif, atributif, dan apositif, karena dasar pemilahan ketiganya adalah
hubungan gramatik antara unsur yang satu dengan unsur yang lain. Jika diberi
aposisi, menjadi frasa endosentris apositif. Jika diberi atribut, menjadi frasa
endosentris atributif. Jika diberi unsur frasa yang kedudukannya sama, menjadi
frasa endosentris koordinatif
2.
Frasa Eksosentris, adalah frasa
yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa ini tidak
mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang tidak
mempunyai UP.
Contoh:
Sejumlah mahasiswa di
teras.
2.
Berdasarkan Kategori Kata yang
Menjadi Unsur Pusatnya.
Berdasarkan
kategori kata yang menjadi unsur pusatnya, frasa dibagi menjadi enam.
1.
Frasa nomina, frasa yang UP-nya
berupa kata yang termasuk kategori nomina. UP frasa nomina itu berupa:
1.
nomina sebenarnya
contoh:
pasir ini digunakan utnuk mengaspal jalan
2.
pronomina
contoh:
dia itu musuh saya
3.
nama
contoh:
Dian itu manis
4.
kata-kata selain nomina, tetapi
strukturnya berubah menjadi nomina
contoh:
dia rajin → rajin itu menguntungkan
anaknya dua ekor → dua itu sedikit
dia berlari → berlari itu menyehatkan
kata rajin pada
kaliat pertam awalnya adalah frasa ajektiva, begitupula dengan dua ekor
awalnya frasa numeralia, dan kata berlari yang awalnya adalah frasa
verba.
2.
Frasa Verba, frasa yang UP-nya
berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara morfologis, UP frasa verba
biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat
(dapat diberi) kata ‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba
keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan biasanya menduduki
fungsi predikat.
Contoh:
Dia berlari.
Secara morfologis,
kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat diberi kata
‘sedang’ yang menunjukkan verba aktif.
3.
Frasa Ajektifa, frasa yang
UP-nya berupa kata yang termasuk kategori ajektifa. UP-nya dapat diberi afiks ter-
(paling), sangat, paling agak, alangkah-nya, se-nya. Frasa ajektiva biasanya
menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Rumahnya besar.
Ada pertindian kelas
antara verba dan ajektifa untuk beberapa kata tertentu yang mempunyai ciri
verba sekaligus memiliki ciri ajektifa. Jika hal ini yang terjadi, maka yang
digunakan sebagai dasar pengelolaan adalah ciri dominan.
Contoh:
menakutkan (memiliki
afiks verba, tidak bisa diberi kata ‘sedang’ atau ‘sudah’. Tetapi bisa diberi
kata ‘sangat’).
4.
Frasa Numeralia, frasa yang
UP-nya berupa kata yang termasuk kategori numeralia. Yaitu kata-kata yang
secara semantis mengatakan bilangan atau jumlah tertentu. Dalam frasa numeralia
terdapat (dapat diberi) kata bantu bilangan: ekor, buah, dan lain-lain.
Contoh:
dua buah
tiga ekor
lima biji
duapuluh lima orang.
5.
Frasa Preposisi, frasa yang
ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai penanda dan diikuti kata atau
kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda.
Contoh:
Penanda (preposisi) + Petanda (kata atau kelompok kata) di teras
ke rumah teman
dari sekolah
untuk saya
6.
Frasa Konjungsi, frasa yang
ditandai adanya konjungsi atau kata sambung sebagai penanda dan diikuti klausa
sebagai petanda. Karena penanda klausa adalah predikat, maka petanda dalam
frasa konjungsi selalu mempunyai predikat.
Contoh:
Penanda (konjungsi) + Petanda (klausa, mempunyai P)
Sejak kemarin dia terus diam(P) di situ.
Dalam buku Ilmu
Bahasa Insonesia, Sintaksis, ramlan menyebut frasa tersebut sebagai frasa
keterangan, karena keterangan menggunakan kata yang termasuk dalam kategori
konjungsi.
mantap materinya materi belajar sma
BalasHapusBagus sekali
BalasHapusBagus sekali
BalasHapusSaya punya rekomendasi untuk Anda tentang produk pensil terbaik untuk anak! Yaitu Staedtler Pensil Terbaik Untuk Anak, baca artikelnya di http://renseo.blogspot.com/2016/08/Staedtler-Pensil-Terbaik-Untuk-Anak.html
BalasHapusJika anda ingin membaca artikel seputar teknologi maka silahkan kunjungi link berikut.
BalasHapusBerita Teknologi Terbaru
Search engine asal Indonesia